Tradisi Nyadran Menjelang Ramadhan Menurut Pendapat Ketua Dewan Pemerhati Dan Penyelamat Seni Budaya Indonesia ( DPPSBI )

Tradisi Nyadran bagi masyarakat Jawa juga disebut ruwahan, dilakukan menjelang Ramadhan (Sya'ban). Mereka kebanyakan pergi ke makam mengirim do'a kepada leluhur, atau keluarga yang telah meninggal dunia.

DAERAH, HEADLINENEWS266 Dilihat

Dalam pandangan Kusuma , tradisi sadranan sudah menjadi simbol adanya hubungan dengan para leluhur, manusia di dunia, dan Tuhan atas segala kuasanya.

“Sadranan menjadi contoh akulturasi agama dan kearifan lokal. Dalam ritual ini, antara budaya lokal dan nilai-nilai Islam masih tampak sangat kental,” sambung pria yang berprofesi sebagai advokat ini.

Nilai-nilai tersebut, lanjut Kusuma, telah membentuk sebuah karakter bagi masyarakat Jawa. Uniknya, karakter itu tanpa disadari terintegrasi dalam jiwa generasi berikutnya.

BACA JUGA :  DPUPR Sukoharjo dan BBWS-BS akan Menindak Tegas Bangunan Di Sempadan Kali Jenes

“Dan, tradisi Nyadran ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa pemeluk agama Islam saja. Semua agama juga membaur di makam untuk berdo’a. Bahkan tak jarang tanpa terasa sampai menetes air mata,” pungkasnya. [CH86]


Eksplorasi konten lain dari Bela Negara News

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

5297341988

Komentar